Pages

Sabtu, 28 April 2012

TENTANG PENDIDIKAN DI INDONESIA


A. Pengertian Pendidikan Menurut Ahli Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran. Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, “Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya.” Baiklah langsung saja kita paparkan beberapa pengertian pendidikan menurut beberapa sumber. Pada dasarnya pengertian pendidikan (Wikipedia) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Sedangkan pengertian pendidikan menurut H. Horne, adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia. Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. B. Pentingnya Pendidikan Bagi Kehidupan Berbicara tentangt pendidikan kita semua pasti sudah tahu bahwa betapa pentingnya pendidikan tersebut. Pendidikan, kemampuan, pengetahuan merupakan salah satu modal yang kita miliki untuk hidup di zaman yang serba sulit ini. Mengapa dikatakan demikian? Kita tentu sudah bisa menjawabnya, apa hal pertama yang dilihat bila kita ingin mengajukan surat lamaran perkerjaan? Apa yang kita butuhkan ketika ingin memulai suatu bisnis atau usaha? Tentu saja pendidikan, kemampuan, wawasan dan pengetahuanlah yang kita butuhkan. Di dalam bangku pendidikan banyak sekali hal yang kita dapatkan.Tetapi entah mengapa banyak sekali warga di Indonesia ini yang tidak mengenyam bangku pendidikan sebagaimana mestinya, khususnya di daerah-daerah terpencil di sekitar wilayah Indonesia ini. Sepertinya kesadaran mereka tetang pentingnya pendidikan perlu ditingkatkan. Sebagaimana yang diungkapkan Daoed Joesoef tentang pentingnya pendidikan : “Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia” Dan tentulah dari pernyataan tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, karna seperti yang kita ketahui bahwa suatu Pendidikan tentunya akan mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik dari segi spritual, intelegensi dan skill dan pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidik harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Maka tentunya peningkatan mutu pendidikan juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa. Kita ambil contoh Amerika, mereka takkan bisa jadi seperti sekarang ini apabila –maaf– pendidikan mereka setarap dengan kita. Lalu bagaimana dengan Jepang? si ahli Teknologi itu? Jepang sangat menghargai Pendidikan, mereka rela mengeluarkan dana yang sangat besar hanya untuk pendidikan bukan untuk kampanye atau hal lain tentang kedudukan seperti yang–maaf– Indonesia lakukan. Tak ubahnya negara lain, seperti Malaysia dan Singapura yang menjadi negara tetangga kita. Pentingnya Pendidikan Bagi Kehidupan Mungkin sedikit demi sedikit Indonesia juga sadar akan pentingnya pendidikan. Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei menitikberatkan atau mengambil tema pendidikan karakter untuk membangun peradaban bangsa dan seperti yang diberitakan bahwa Kementrian Pendidikan Nasional telah menyediakan infrastruktur terkait akses informasi bekerja sama dengan MNC Group, melalui TV berbayarnya, Indovision menyiarkan siaran televisi untuk pendidikan.Dan juga penyediaan taman bacaan di pusat perbelanjaan. Namun apakah pendidikan karakter ini bisa mengubah masalah-masalah yang sering kita hadapi dalam dunia pendidikan? Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, banga dan negara” Namun satu pertanyaan, sudahkah pendidikan kita seperti yang tercantum dalam UU tersebut? Referensi : http://smkn1yogyakarta.org/news/2-pentingnya-pendidikan.html http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/pentingnya-pendidikan-bagi-kehidupan/ C. Cara Membuat Makalah Pendidikan Menulis makalah pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran seorang mahasiswa selama menuntut ilmu diperguruan tinggi. Pada setiap semester mahasiswa harus menulis makalah pendidikan untuk mata kuliah yang ditempuh. Melalui menulis makalah pendidikan ini diharapkan mahasiswa akan memiliki wawasan yang lebih luas dan mendalam mengenai topik yang ditulisnya. Penulisan makalah memang cukup sulit karena membutuhkan waktu, tenaga, pemahaman, pemikiran, penelitian dan bahasa yang baik. Kemampuan menulis makalah merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang dalam menempuh pendidikan dan juga sebagai penunjang karier dan masa depan. Biasanya ini menjadi syarat mutlak kelulusan, dan menjadi nilai plus untuk membangun reputasi seseorang. Sebelum lebih jauh kita bicara tentang makalah pendidikan, terlebih dahulu kita bahas tentang pengertian makalah. Pengertian Makalah Pendidikan Pengertian makalah adalah karya tulis ilmiah mengenai suatu topik tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup pengetahuan (Ismail Kusmayadi, 2006:32). Pendapat lain mengemukakan pengertian makalah adalah karya tulis ilmiah yang membahas pokok masalah tertentu dan makalah disusun untuk disajikan dalam pertemuan formal tertentu, seperti seminar atau diterbitkan dalam majalah ilmiah. Karakteristik Makalah Pendidikan Karakteristik makalah adalah sebagai berikut: merupakan hasil kajian literatur atau laporan pelaksanaan suatu kegiatan lapangan yang sesuai dengan cakupan permasalahan dalam kegiatan belajar. Mendemonstrasikan permahaman tentang teoritik yang dikaji. Menunjukkan kemampuan pemahaman terhadap isi dari berbagai sumber yang digunakan. Mendemonstrasikan kemampuan meramu berbagai sumber informasi dalam suatu kesatuan yang utuh yang dinamakan makalah. Jenis-jenis makalah pendidikan Jenis-jenis makalah ada dua yaitu makalah biasa dan makalah posisi. Makalah biasa dalam penulisannya cenderung lebih bebas, tidak terikat oleh posisinya sebagai mahasiswa, profesi, keahlian, atau posisi lain. Sedangkan makalah posisi yaitu makalah yang ditulis berdasarkan posisi sebagai gubernur, menteri, ilmuwan, atau posisi lain. Langkah-langkah menulis makalah pendidikan Sistematika penulisan makalah yaitu terdiri dari judul, abstrak, pendahuluan, pembahasan isi, kesimpulan dan daftar pustaka. Langkah-langkah penulisan makalah yaitu, menentukan dan membatasi topik, membuat kerangka dan mengumpulkan bahan, membaca buku sumber sebagai daftar pustaka dan menentukan bagian yang akan dirujuk, menulis draf atau konsep makalah, menyunting sendiri draf yang ditulisnya dan tahapan terakhir adalah menyempurnakan makalah tersebut. Bagi anda yang ingin mengetahui lebih jelas tentang makalah, anda juga bisa melihat contoh-contoh makalah yang ada di perpustakaan kampus atau sekolah anda. Demikianlah sedikit mengenai makalah, untuk lain waktu akan saya paparkan lebih detail mengenai makalah pendidikan dan beberapa contoh makalah pendidikan. Semoga bermanfaat D. Konsep Dasar Pendidikan Pendidikan merupakan faktor penting, strategis dan determinatif bagi masyarakat. Maju-mundurnya kualitas peradaban suatu masyarakat/bangsa sangat bergantung pada bagaimana kualitas pendidikan diselenggarakan oleh masyarakat. Pada minggu lalau sudah saya paparkan beberapa pengertian pendidikan, tapi tidak ada salahnya kita bahas lagi disini mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan kita. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Ngalim Purwanto, 2002:11). Rumusan tentang pendidikan, lebih jauh termuat dalam UU. No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan Indonesia bertujuan agar masyarakat Indonesia mempunyai pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya, arah dari proses pendidikan nasional mencakup berbagai aspek kehidupan diri manusia dan masyarakat untuk survive dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbicara masalah pendidikan meliputi cakupan yang cukup luas, bahkan dalam mendefinisikan pengertian pendidikan juga bervariasi. Ada yang mengartikan pendidikan sebagai berikut pendidikan sebagai proses yang di dalamnya seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di lingkungan masyarakat dimana ia berada. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses sosial, di mana seseorang dihadapkan pada kondisi dan pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (contoh paling nyata sekolah) sehingga yang bersangkutan mengalami perkembangan secara optimal (Dictionary of Education dalam T. Sulistyono, 2003). Dari beberapa definisi tersebut menunjukkan melihat pendidikan dari sudut pandang yang berbeda. Yang pertama, melihat dari sudut pandang psikologis, dan yang kedua dari sudut pandang sosiologis. Banyak sudut pandang untuk dapat merumuskan pengertian pendidikan sehingga banyak juga definisi tentang pendidikan. Namun demikian, yang jelas bahwa pendidikan adalah proses untuk membina diri seseorang dan masyarakat agar dapat survive dalam menjalani hidupnya. E. Pendidikan Budi Pekerti. Pentingnya nilai akhlak, moral serta budi luhur bagi semua warga negara kiranya tidak perlu diingkari. Negara atau suatu bangsa bisa runtuh karena pejabat dan sebagian rakyatnya berperilaku tidak bermoral. Perilaku amoral akan memunculkan kerusuhan, keonaran, penyimpangan dan lain-lain yang menyebabkan kehancuran suatu bangsa. Mereka tidak memiliki pegangan dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Oleh karena itu, nilai perlu diajarkan agar generasi sekarang dan yang akan datang mampu berperilaku sesuai dengan moral yang diharapkan. Terwujudnya manusia Indonesia yang bermoral, berkarakter, berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur merupakan tujuan dari pembangunan manusia Indonesia yang kemudian diimplementasikan ke dalam tujuan pendidikan nasional. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti Pada hakekatnya, pendidikan budi pekerti memiliki substansi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Pengertian pendidikan budi pekerti menurut Haidar (2004) adalah usaha sadar yang dilakukan dalam rangka menanamkan atau menginternalisasikan nilai-nilai moral ke dalam sikap dan prilaku peserta didik agar memiliki sikap dan prilaku yang luhur (berakhlakul karimah) dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam berinteraksi dengan Tuhan, dengan sesama manusia maupun dengan alam/lingkungan. Tujuan pendidikan Budi Pekerti adalah untuk mengembangkan nilai, sikap dan prilaku siswa yang memancarkan akhlak mulia/budi pekerti luhur (Haidar, 2004). Hal ini mengandung arti bahwa dalam pendidikan Budi Pekerti, nilai-nilai yang ingin dibentuk adalah nilai-nilai akhlak yang mulia, yaitu tertanamnya nilai-nilai akhlak yang mulia ke dalam diri peserta didik yang kemudian terwujud dalam tingkah lakunya. Penerapan Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah Secara teknis, penerapan pendidikan budi pekerti di sekolah setidaknya dapat ditempuh melalui empat alternatif strategi secara terpadu. Strategi pertama ialah dengan mengintegrasikan konten kurikulum pendidikan budi pekerti yang telah dirumuskan ke dalam seluruh mata pelajaran yang relevan, terutama mata pelajaran agama, kwarganegaraan, dan bahasa (baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah). Strategi kedua ialah dengan mengintegrasikan pendidikan budi pekerti ke dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Strategi ketiga ialah dengan mengintegrasikan pendidikan budi pekerti ke dalam kegiatan yang diprogramkan atau direncanakan. Strategi keempat ialah dengan membangun komunikasi dan kerjasama antara sekolah dengan orang tua peserta didik. Berkaitan dengan implementasi strategi pendidikan budi pekerti dalam kegiatan sehari-hari, secara teknis dapat dilakukan melalui: a. Keteladanan Dalam kegiatan sehari-hari guru, kepala sekolah, staf administrasi, bahkan juga pengawas harus dapat menjadi teladan atau model yang baik bagi murid-murid di sekolah. Sebagai misal, jika guru ingin mengajarkan kesabaran kepada siswanya, maka terlebih dahulu guru harus mampu menjadi sosok yang sabar dihadapan murid-muridnya. Begitu juga ketika guru hendak mengajarkan tentang pentingnya kedisiplinan kepada murid-muridnya, maka guru tersebut harus mampu memberikan teladan terlebih dahulu sebagai guru yang disiplin dalam menjalankan tugas pekerjaannya. Tanpa keteladanan, murid-murid hanya akan menganggap ajakan moral yang disampaikan sebagai sesuatu yang omong kosong belaka, yang pada akhirnya nilai-nilai moral yang diajarkan tersebut hanya akan berhenti sebagai pengetahuan saja tanpa makna. b. Kegiatan spontan. Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui sikap/tingkah laku peserta didik yang kurang baik, seperti berkelahi dengan temannya, meminta sesuatu dengan berteriak, mencoret dinding, mengambil barang milik orang lain, berbicara kasar, dan sebagainya. Dalam setiap peristiwa yang spontan tersebut, guru dapat menanamkan nilai-nilai moral atau budi pekerti yang baik kepada para siswa, misalnya saat guru melihat dua orang siswa yang bertengkar/berkelahi di kelas karena memperebutkan sesuatu, guru dapat memasukkan nilai-nilai tentang pentingnya sikap maaf-memaafkan, saling menghormati, dan sikap saling menyayangi dalam konteks ajaran agama dan juga budaya. c. Teguran. Guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk dan mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik sehingga guru dapat membantu mengubah tingkah laku mereka. d. Pengkondisian lingkungan. Suasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa melalui penyediaan sarana fisik yang dapat menunjang tercapainya pendidikan budi pekerti. Contohnya ialah dengan penyediaan tempat sampah, jam dinding, slogan-slogan mengenai budi pekerti yang mudah dibaca oleh peserta didik, dan aturan/tata tertib sekolah yang ditempelkan pada tempat yang strategis sehingga mudah dibaca oleh setiap peserta didik. e. Kegiatan rutin. Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah berbaris masuk ruang kelas untuk mengajarkan budaya antri, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain, dan membersihkan ruang kelas tempat belajar. Hambatan dalam penerapan pendidikan budi pekerti di sekolah Dalam realitasnya antara apa yang diajarkan guru kepada peserta didik di sekolah dengan apa yang diajarkan oleh orang tua di rumah, sering kali kontra produktif atau terjadi benturan nilai. Untuk itu agar proses pendidikan budi pekerti di sekolah dapat berjalan secara optimal dan efektif, pihak sekolah perlu membangun komunikasi dan kerjasama dengan orang tua murid berkenaan dengan berbagai kegiatan dan program pendidikan budi pekerti yang telah dirumuskan atau direncanakan oleh sekolah. Tujuannya ialah agar terjadi singkronisasi nilai-nilai pendidikan budi pekerti yang di ajarkan di sekolah dengan apa yang ajarkan orang tua di rumah. Selain itu, agar pendidikan budi pekerti di sekolah dan di rumah dapat berjalan searah, sebaiknya bila memungkinkan orang tua murid hendaknya juga dilibatkan dalam proses identifikasi kebutuhan program pendidikan budi pekerti di sekolah. Dengan pelibatan orang tua murid dalam proses perencanaan program pendidikan budi pekerti di sekolah, diharapkan orang tua murid tidak hanya menyerahkan proses pendidikan budi pekerti anak-anak mereka kepada pihak sekolah, tetapi juga dapat ikut serta mengambil tanggung jawab dalam proses pendidikan budi pekerti anak-anak mereka di keluarga.

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


A. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Menurut Wikipedia, pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Magner (1962) mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik sesuaikompetensi. Sedangkan Dejnozka dan Kavel (1981) mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yangmenggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Pengertian lain menyebutkan bahwa, tujuan pembelajaran adalah pernyataan mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir priode pembelajaran (Slavin, 1994). Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Penyusunan Tujuan Pembelajaran Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam rangkaian pengembangan desain pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan apa dan bagaimana harus melakukan tahap lainnya. Apa yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif. B. Macam-Macam Gaya Belajar Kita tidak bisa memaksakan seorang anak harus belajar dengan suasanan dan cara yang kita inginkan karena masing masing anak memiliki tipe atau gaya belajar sendiri-sendiri. Kemampuan anak dalam menangkap materi dan pelajaran tergantung dari gaya belajarnya. Banyak anak menurun prestasi belajarnya disekolah karena dirumah anak dipaksa belajar tidak sesuai dengan gayanya. Anak akan mudah menguasai materi pelajaran dengan menggunakan cara belajar mereka masing-masing. Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Pengertian Gaya Belajar dan Macam-macam Gaya Belajar 1. VISUAL (Visual Learners) Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan. Ciri-ciri gaya belajar visual ini yaitu : Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi. Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu 2. AUDITORI (Auditory Learners ) Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca. Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu : Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/ radio Cenderung banyak omong Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll 3. KINESTETIK (Kinesthetic Learners) Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya. Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik yaitu : Menyentuh segala sesuatu yang dijumapinya, termasuk saat belajar Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing Menyukai praktek/ percobaan Menyukai permainan dan aktivitas fisik Demikianlah macam-macam gaya belajar mudah-mudahan dapat menjadi bahan acuan kita untuk menentukan cara belajar yang baik dan pas untuk kita sehingga mampu menyerap pelajaran dengan baik. Nah sekarang mana gaya belajar anda atau anak anda? C. Pengertian Keterlibatan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Keterlibatan siswa bisa diartikan sebagai siswa berperan aktif sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar. Menurut Dimjati dan Mudjiono(1994:56-60), keaktifan siswa dapat didorong oleh peran guru. Guru berupaya untuk memberi kesempatan siswa untuk aktif, baik aktif mencari, memproses dan mengelola perolehan belajarnya. Untuk dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar guru dapat melakukannya dengan ; keterlibatan secara langsung siswa baik secara individual maupun kelompok; penciptaan peluang yang mendorong siswa untuk melakukan eksperimen, upaya mengikutsertakan siswa atau memberi tugas kepada siswa untuk memperoleh informasi dari sumber luar kelas atau sekolah serta upaya melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan pesan pembelajaran. Adapun kualitas dan kuantitas keterlibatan siswa dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Internal faktor meliputi faktor fisik, motivasi dalam belajar, kepentingan dalam aktivitasyang diberikan, kecerdasan dan sebagainya. Sedangkan eksternal faktor meliputi guru, materi pembelajaran, media, alokasi waktu, fasilitas dan sebagainya. Keterlibatan siswa hanya bisa dimungkinkan jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi atau terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar sebelumnya, para murid diharuskan tunduk dan patuh pada peraturan dan prosedur yang kaku yang justru membatasi keterampilan berfikir kreatif. Dalam belajar, anak-anak lebih banyak disuruh menghapal ketimbang mengeksplorasi, bertanya atau bereksperimen. Partisipasi aktif siswa sangat berpengaruh pada proses perkembangan berpikir, emosi, dan sosial. Keterlibatan siswa dalam belajar, membuat anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mengambil keputusan. Namun pembelajaran saat ini pun masih ada yang menggunakan metode belajar dimana siswa menjadi pasif seperti pemberian tugas, dan guru mengajar secara monolog, sehingga cenderung membosankan dan menghambat perkembangan aktivitas siswa. Komponen-komponen yang menentukan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar meliputi: siswa, guru, materi, tempat, waktu, dan fasilitas. Komponen-Komponen Keterlibatan Siswa dalam proses belajar mengajar yang dimaksud adalah: 1. Siswa Siswa adalah inti dari proses belajar mengajar. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Kemp(1997:4),” students are the center of the teaching and learning process, so they have to be involved in almost all the phrases of the classroom interaction from planning to evaluation.” Untuk mendorong keterlibatan itu sendiri, Brown(1987:115) menekankan pentingnya perhatian pada motivasi belajar siswa. “The foreign language learner who is intrinsically meeting in needs in learning the language will positively motivated to learn. When students are motivated to learn, they usually pay attention, become actively involved in the learning and direct their energies to the learning task.” 2. Guru Selain siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru. Guru sangat berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif. Breen dan Candlin dalam Nunan(1989:87) mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator dalam proses yang komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang ketiga bertindak sebagai pengamat. 3. Materi Materi juga merupakan salah satu factor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinsondan Waters adalah: Adanya teks yang menarik Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir siswa Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah mereka miliki Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru 4. Tempat Ruang kelas adalah tempat dimana proses belajar mengajar berlangsung. Ukuran kelas dan jumlah siswa akan berdampak pada penerapan teknik dan metode mengajar yang berbeda. Dalam hal mendorong dan meningkatkan keterlibatan siswa, guru bertugas menciptakan suasana yang nyaman di kelas. 5. Waktu Alokasi waktu untuk melakukan aktivitas dalam proses belajar mengajar juga menentukan teknik dan metode yang akan diterapkan oleh guru. Menurut Burden dan Byrd (1999: 23), kaitannya dengan waktu yang tersedia, guru perlu melakukan aktivitas yang bervariasi untuk mencapai sasaran pembelajaran serta mendorong motivasi siswa. Guru harus berperan sebagai pengatur waktu yang baik untuk memastikan bahwa setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk terlibat dalam proses pembelajaran. 6. Fasilitas Fasilitas dibutuhkan untuk mendukung proses belajar mengajar di kelas. Dalam mencapai tujuan pembelajaran, guru menggunakan media pembelajaran. Demikianlah beberapa teori keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar mudah-mudahan bisa menjadi acuan untuk meningkatkan kinerja guru dengan menerapkan cara yang efektif dan efisien yang mendorong keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. D. Tips Cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak. Tinggal satu bulan lagi siswa-siswi dari tingkat SD sampai tingkat SMA/Sederajat akan menempuh Ujian Nasional. Tentunya untuk menghadapi Ujian Nasional yang akan diadakan pada bulan April-Mei tahun 2012 nanti, anak-anak harus mempersiapkan diri, baik dari materi pelajaran maupun psikologis anak tersebut sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Bagi sebagian anak, Ujian Nasional ini merupakan momok yang sangat menakutkan. Tidak sedikit anak atau siswa yang stress dalam menghadapi ujian nanti. Bagi orang tua yang perlu dilakukan adalah menjaga kondisi fisik maupun kondisi psikis anak agar tidak stress karena hal itu akan mengganggu belajar anak. Selain itu bagi orang tua khususnya saya sarankan untuk lebih memantau perkembangan belajar anak. Apakah cara belajar anak sudah baik? Hal terpenting dalam proses belajar adalah konsentrasi belajar anak. Anak akan mudah menangkap materi pelajaran jika anak merasa nyaman dan dapat berkonsentrasi dalam belajar. Pertanyaan saya, Apakah anak anda sudah meningkatkan konsentrasi belajarnya? Berikut ini ada beberapa tips cara meningkatkan konsentrasi belajar (Marthinz) : 1. Hilangkan Beban dan Tugas-Tugas Jika ada PR (pekerjaan rumah) sebaiknya diselesaikan dulu agar tidak kepikiran terus-menerus pd saat kegiatan belajar berlangsung. Lakukan identifikasi hal-hal yg hrs dilakukan / melaksanakannya agar tidak ada beban 2. Pikirkan Manfaat Belajar di Masa Depan Untuk menyemangati kegiatan belajar kita harus sedikit berandai-andai, yakni kalau kita sudah besar nanti akan sukses jadi org pandai, penghasilan besar, punya pacar cakep, dll. Dengan demikian maka kita akan menjadi lebih terpacu untuk meraih masa depan yang kita cita-citakan 3. Jangan Terlalu Capek Usahakan tidak membuat jadwal belajar dgn aktivitas fisik berlebih seperti olahraga, main seharian, jalan-jalan ke mall, dan lainnya. Kalau sudah terlanjur capek maka bljr sebentarpun sudah bisa membuat ngantuk. Bila pulang sekolah sebaiknya langsung tidur siang atau sore lalu stlh bangun tidur langsung belajar yg serius. 4. Posisi Belajar Yang Pas Belajar jangan dengan posisi tubuh yang salah seperti sambil tiduran, sambil jalan-jalan, sambil nonton tv, sambil ngobrol, sambil jongkok, dan lain sebagainya. Belajarlah dengan posisi duduk di meja belajar jika ada atau di meja dan kursi yang membuat kita senyaman di meja kursi sekolah atau kampus. 5. Tempat yang tenang dan nyaman Hindari lokasi belajar yg berisik/mudah menghilangkan konsentrasi belajar kita. Bila perlu menyendirilah anda di kamar tanpa suara apapun. Beritahu orang-orang di rumah kalau anda sedang belajar dan mohon untuk tidak diganggu beberapa waktu demi masa depan yang cemerlang. 6. Cari Tahu Metode Belajar Yang Tepat Coba saja aktivitas tertentu yang menurut kamu dapat menunjang masuknya materi pelajaran ke dalam otak. misal sambil mendengarkan musik, sambil menyanyi, sambil keliling-keliling, sambil corat-coret kertas. 7. Strategi Menghapal Materi Pelajaran Jika punya kesulitan menghapal / memahami pelajaran maka sebaiknya membuat rangkuman pelajaran yang mudah dimengerti dan dpt dilihat / dibaca-baca kembali jika ada yang lupa. Bisa juga membuat hub.gmbr-gmbr yg mewakili point-poin pelajaran. Bisa juga merekam suara kita saat membaca materi pelajaran utk didengar kembali. Bisa pula membuat pertanyaan-pertanyaan tertentu yang atas materi yg telah dipelajari, dan lainnya. 8. Istirahat / Break Jika Lelah Jangan dipaksakan tubuh yang lelah untuk terus belajar karena tidak ada gunanya. Percuma bila dipaksakan pun bisa-bisa menjadi sakit spt; pusing vertigo, demam, badan lemas, masuk angin, dan lain-lain. Pelajaran yang sudah dihapal pun mungkin saja bisa 9. Lupakan Sejenak Masalah Cinta dan Pacar Buat apa pacaran kalau masa depan kamu rusak. Lebih baik jangan pacaran dulu kalau belum punya pacar atau buat kesepakatan dengan kekasih pujaan hati untuk janji saling setia dan saling mendukung dalam kegiatan belajar mengajar akan terlupakan. Selain dari metode belajar yang diperhatikan, ada juga beberapa hal yang harus kita ketahui, yaitu faktor fisik yang juga mendukung konsentrasi dalam belajar. Apabila kita benar – benar menguasainya, konsentrasi memiliki manfaat yang luar biasa terhadap hidup kita. Konsentrasi dapat meningkatkan produktivitas dan memberikan ketenangan pikiran. Untuk itu saya juga akan memaparkan beberpa tips cara meningkatkan konsentrasi belajar anak dari segi fisik. Tips Cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak 1. Minum Vitamin Otak Kita semua tahu bahwa vitamin dapat melakukan banyak hal baik bagi tubuh kita. Jika Anda tidak memiliki nutrisi yang Anda butuhkan, maka otak kita akan memiliki kabut otak. Terdengar bodoh? Tapi itu benar. 2. Tingkatkan Aktivitas Fisik Anda Jika Anda ingin meningkatkan konsentrasi, maka Anda harus mencoba untuk meningkatkan aktivitas fisik Anda. Olahraga secara teratur tidak hanya membantu penampilan fisik Anda tetapi juga meningkatkan konsentrasi Anda. 3. Kurangi Konsumsi Gula Anda Ya, Anda harus mengurangi konsumsi gula Anda. Terlalu banyak mengkonsumsi gula dapat mengakibatkan efek yang keras pada tubuh Anda. Hal ini tidak akan membantu konsentrasi Anda. Memiliki kadar gula yang tinggi dalam sistem tubuh Anda dapat menyebabkan sistem tubuh Anda mudah terganggu. 4. Minum Banyak Air Jika Anda tidak minum cukup banyak air, otak Anda akan menjadi lesu. Oleh karena itu, sangat masuk akal jika Anda minum banyak air. Minum air akan membantu untuk meningkatkan konsentrasi Anda. 5. Tidur Nyenyak Di Malam Hari Jika Anda ingin memiliki hari yang sukses, maka sangat penting bagi Anda untuk memastikan Anda tidur dengan nyenyak di malam hari. Jika Anda tidak tidur dengan baik di malam hari, maka konsentrasi Anda tidak akan berjalan dengan baik pada hari berikutnya. 6. Menyelesaikan Masalah Jika Anda memiliki sesuatu di pikiran Anda, maka hal itu dapat menyumbat konsentrasi Anda sampai Anda mengeluarkan hal itu dari pikiran Anda. Temukan seseorang yang Anda percaya dan ungkapkan semuanya. Ini bukan suatu hal yang salah, setiap orang melakukannya dari waktu ke waktu. 7. Mendapatkan Pijatan Saya suka jika suami saya memijat saya. Saya tidak suka orang asing menyentuh tubuh saya, terutama jika suami saya dapat melakukan hal ini tanpa dipungut biaya. Saya menemukan bahwa pijatan yang baik selalu dapat meningkatkan konsentrasi saya dalam menjalani hari-hari yang sibuk. Demikianlah beberapa tips cara meningkatkan konsentrasi belajar anak. Apakah anda mempunyai tips cara meningkatkan konsentrasi belajar yang lain? Mari berbagi disini. E. Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan. Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Posisi media pembelajaran. Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan “audio-visual”. Ada beberapa jenis media pembelajaran, diantaranya : Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang menentukan hasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Apabila ketiga faktor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan hasil yang maksimal. Tujuan menggunakan media pembelajaran : Ada beberapa tujuan menggunakan media pembelajaran, diantaranya yaitu : - mempermudah proses belajar-mengajar - meningkatkan efisiensi belajar-mengajar - menjaga relevansi dengan tujuan belajar - membantu konsentrasi mahasiswa - Menurut Gagne : Komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar - Menurut Briggs : Wahana fisik yang mengandung materi instruksional - Menurut Schramm : Teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional - Menurut Y. Miarso : Segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa untuk menentukan media pembelajaran tersebut. Baca juga artikel tentang model pembelajaran F. Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan faktor yang penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Jika dilihat dari pengertiannya, media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media, sehingga saya menyimpulkan bahwa media pembelajaran itu penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran sangat banyak macamnya, tentunya tidak digunakan sekaligus. Untuk itu perlu dipilih secara cermat, media mana yang lebih tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Untuk itu dalam penggunaan media pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pemilihan media pembelajaran agar lebih terarah dan tercapai tujuan media pembelaaran itu. Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa prinsip, prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran yang dimaksud yaitu: Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk semua tujuan. Suatu media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin tidak cocok untuk pembelajaran yang lain. Media adalah bagian integral dari proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar guru saja, tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Penetapan suatu media haruslah sesuai dengan komponen lain dalam perancangan pembelajaran. Tanpa alat bantu mengajar mungkin pembelajaran tetap dapat berlangsung, tetapi tanpa media itu tidak akan terjadi. Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar peserta didik. Kemudahan belajar peserta didik haruslah dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu media. Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan hanya sekedar selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang berlangsung. Pemilihan media hendaknya objektif, yaitu didasarkan pada tujuan pembelajaran, tidak didasarkan pada kesenangan pribadi tenaga pengajar. Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan peserta didik. Penggunaan multi media tidak berarti menggunakan media yang banyak sekaligus, tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula. Kebaikan dan kekurangan media tidak tergantung pada kekonkritan dan keabstrakannya saja. Media yang konkrit ujudnya, mungkin sukar untuk dipahami karena rumitnya, tetapi media yang abstrk dapat pula memberikan pengertian yang tepat. Dengan mengetahui berbagai prinsip pemilihan media pembelajaran diharapan akan memberi kontribusi terhadap efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran. Pada intinya bahwa berbagai macam media pembelajaran memberikan manfaat sangat besar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Betapapun baiknya media pembelajaran yang telah dipilih, bila tidak digunakan dengan baik tentunya tidak banyak manfaatnya, bagaimana menurut anda? G. Pentingnya Media Pembelajaran Dalam belajar mengajar hal yang terpenting adalah proses, karena proses inilah yang menentukan tujuan belajar akan tercapai atau tidak tercapai. Ketercapaian dalam proses belajar mengajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut baik yang menyangkut perubahan bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Dalam proses belajar mengajar ada banyak faktor yang mempengaruhi tercapainaya tujuan pembelajaran diantaranya pendidik, peserta didik, lingkungan, metode/teknik serta media pembelajaran. Pada kenyataannnya, apa yang terjadi dalam pembelajaran seringkali terjadi proses pengajaran berjalan dan berlangsung tidak efektif. Banyak waktu, tenaga dan biaya yang terbuang sia-sia sedangkan tujuan belajar tidak dapat tercapai bahkan terjadi noises dalam komunikasi antara pengajar dan pelajar. Hal tersebut diatas masih sering dijumpai pada proses pembelajaran selama ini. Dengan adanya media pembelajaran maka tradisi lisan dan tulisan dalam proses pembelajaran dapat diperkaya dengan berbagai media pembelajaran. Dengan tersedianya media pembelajaran, guru pendidik dapat menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran yang akan dipakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan iklim yang emosional yang sehat diantara peserta didik. Bahkan alat/media pembelajaran ini selanjutnya dapat membantu guru membawa dunia luar ke dalam kelas. Dengan demikian ide yang abstrak dan asing (remote) sifatnya menjadi konkrit dan mudah dimengerti oleh peserta didik. Bila alat/media pembelajaran ini dapat di fungsikan secara tepat dan proforsional, maka proses pembelajaran akan dapat berjalan efektif. Dalam pembelajaran, alat atau media pendidikan jelas diperlukan. Sebab alat/ media pembelajaran ini memiliki peranan yang besar dan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Kegunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar diantaranya; 1. Media Pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan supaya tidak terlalu verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau hanya kata lisan) 2. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, misalnya; objek yang terlalu besar – bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model. objek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar. gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography. kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, atau foto. objek yang terlalu kompleks, dapat disajikan dengan model, diagram atau melalui program komputer animasi. konsep yang terlalu luas (gempa bumi, gunung beapi, iklim, planet dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar dan lain-lain. 3. Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk; menimbulkan motivasi belajar memungkinkan interaksi langsung antara anak didik dengan lingkungan secara seperti senyatanya. memungkinkan peserta didik belajar mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. 4. Dengan latar belakang dan pengalaman yang berbeda diantara peserta didik, sementara kurikulum dan materi pelajaran di tentukan sama untuk semua peserta didik.hal ini dapat diatasi dengan media pendidikan yaitu; memberikan perangsang yang sama mempersamakan pengalaman menimbulkan persepsi yang sama Sementara itu Abu Bakar Muhammad, berpendapat bahwa kegunan alat/ media pembelajaran itu antara lain adalah 1) mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit, 2) mampu mempermuda pemahaman dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik, 3) merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajarai sesuatu, 4) membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran serta, 5) menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam indera, melatihnya, memperluas perasaan dan kecepatan dalam belajar. Dengan demikian, apabila pembelajaran memanfaatkan lingkungan sebagai alat/ media pembelajaran dalam proses belajar mengajar maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentang materi yang didapatkan, sehingga besar kemunkinan dengan memperhatikan alat/ media pengajaran itu tujuan pembelajaran akan tercapai dengan efektif dan efisien. Variasi dalam pembelajaran dengan menjadikan lingkungan sebagai media belajar menyenangakan akan mendukung pelajaran yang tidak membosankan bahkan menjadikan belajar semakin efektif.

TENTANG KENAKALAN REMAJA


A. PENGERTIAN KENAKALAN REMAJA Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transis. B. Kenakalan Remaja, Salah Siapa? Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri. Kenakalan remaja dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Secara singkat, penyebab terjadinya kenakalan remaja disebabkan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun faktor yang berasal dari luar. Faktor dari diri sendiri disebabkan karena adanya kontrol diri yang lemah. Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya. Kemudia faktor yang berasal dari luar adalah keharmonisan keluarga seperti perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga, seperti terlalu memanjakan anak dan tidak memberikan pendidikan agama, hal inilah yang menyebabkan terpicunya kenakalan anak anda. Selain itu faktor pergaulan teman sebaya, lingkungan tempat tinggal, sekolah juga dapat menjadi penyebab kenakalan remaja. C. Mengatasi kenakalan remaja Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ? Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.” Kenakalan remaja, merupakan salah si anak? atau orang tua? Karena ternyata banyak orang tua yang tidak dapat berperan sebagai orang tua yang seharusnya. Mereka hanya menyediakan materi dan sarana serta fasilitas bagi si anak tanpa memikirkan kebutuhan batinnya. Orang tua juga sering menuntut banyak hal tetapi lupa untuk memberikan contoh yang baik bagi si anak. Sebenarnya kita melupakan sesuatu ketika berbicara masalah kenakalan remaja, yaitu hukum kausalitas. Sebab, dari kenakalan seorang remaja selalu dikristalkan menuju faktor eksternal lingkungan yang jarang memperhatikan faktor terdekat dari lingkungan remaja tersebut dalam hal ini orang. Orang selalu menilai bahwa banyak kasus kenakalan remaja terjadi karena lingkungan pergaulan yang kurang baik, seperti pengaruh teman yang tidak benar, pengaruh media massa, sampai pada lemahnya iman seseorang. Setelah diketahui penyebab terjadinya kenakalan remaja, maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja adalah : Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan. Pemberian ilmu yang bermakna yang terkandung dalam pengetahuan dengan memanfaatkan film-film yang bernuansa moral, media massa ataupun perkembangan teknologi lainnya. Memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja Membentuk suasana sekolah yang kondusif, nyaman buat remaja agar dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangan remaja. Itulah beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi kenakalan remaja. Akan tetapi sebelum kita bertindak lebih jauh mengatasi kenakalan anak kita harus tau dulu, Apa penyebabnya? Apa solusinya? Kemudian kita refleksikan pada anak “Apa janjimu untuk dirimu, temanmu, keluargamu dan negaramu?” Semoga bermanfaat D.Sejak kapan masalah kenakalan remaja mulai disoroti? Masalah kenakalan mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat. Jenis-jenis kenakalan remaja Penyalahgunaan narkoba Seks bebas Tawuran antara pelajar Penyebab terjadinya kenakalan remaja Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor internal: Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya. Faktor eksternal: Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja. Teman sebaya yang kurang baik Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Hal-hal yang bisa dilakukan/ cara mengatasi kenakalan remaja: Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan. Artikel dari anneahira.com E. Dampak Kenakalan Remaja. Saat ini, hampir tidak terhitung berapa jumlah remaja yang melakukan hal-hal negatif. Bahkan, Dampak kenakalan remaja tersebut, banyak sekali kerugian yang terjadi, baik bagi remaja itu sendiri maupun orang-orang di sekitar mereka. Remaja adalah seorang anak yang bisa dibilang berada pada usia tanggung, mereka bukanlah anak kecil yang tidak mengerti apa-apa, tapi juga bukan orang dewasa yang bisa dengan mudah akan membedakan hal mana yang baik dan mana yang berakibat buruk. Macam-Macam Kenakalan Remaja Sebelum mengetahui apa saja dampak kenakalan remaja, kita perlu tahu tentang kenakalan apa saja yang mungkin dilakukan oleh remaja. Sebuah kenakalan tentu tidak bisa didata satu persatu, namun bisa dirangkum seperti penjelasan di bawah ini. Dampak kenakalan remaja: Kenakalan dalam keluarga: Remaja yang labil umumnya rawan sekali melakukan hal-hal yang negatif, di sinilah peran orang tua. Orang tua harus mengontrol dan mengawasi putra-putri mereka dengan melarang hal-hal tertentu.Namun, bagi sebagian anak remaja, larangan-larangan tersebut malah dianggap hal yang buruk dan mengekang mereka. Akibatnya, mereka akan memberontak dengan banyak cara. Tidak menghormati, berbicara kasar pada orang tua, atau mengabaikan perkataan orang tua adalah contoh kenakalan remaja dalam keluarga. Kenakalan dalam pergaulan: Dampak kenakalan remaja yang paling nampak adalah dalam hal pergaulan. Sampai saat ini, masih banyak para remaja yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik. Mulai dari pemakaian obat-obatan terlarang sampai seks bebas.Menyeret remaja pada sebuah pergaulan buruk memang relatif mudah, dimana remaja sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang menawarkan kenyamanan semu. Akibat pergaulan bebas inilah remaja, bahkan keluarganya, harus menanggung beban yang cukup berat. Kenakalan dalam pendidikan: Kenakalan dalam bidang pendidikan memang sudah umum terjadi, namun tidak semua remaja yang nakal dalam hal pendidikan akan menjadi sosok yang berkepribadian buruk, karena mereka masih cukup mudah untuk diarahkan pada hal yang benar. Kenakalan dalam hal pendidikan misalnya, membolos sekolah, tidak mau mendengarkan guru, tidur dalam kelas, dll. Dampak Kenakalan Remaja Dampak kenakalan remaja pasti akan berimbas pada remaja tersebut. Bila tidak segera ditangani, ia akan tumbuh menjadi sosok yang bekepribadian buruk. Remaja yang melakukan kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan dihindari atau malah dikucilkan oleh banyak orang. Remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai pengganggu dan orang yang tidak berguna. Akibat dari dikucilkannya ia dari pergaulan sekitar, remaja tersebut bisa mengalami gangguan kejiwaan. Yang dimaksud gangguan kejiwaan bukan berarti gila, tapi ia akan merasa terkucilkan dalam hal sosialisai, merasa sangat sedih, atau malah akan membenci orang-orang sekitarnya. Dampak kenakalan remaja yang terjadi, tak sedikit keluarga yang harus menanggung malu. Hal ini tentu sangat merugikan, dan biasanya anak remaja yang sudah terjebak kenakalan remaja tidak akan menyadari tentang beban keluarganya. Masa depan yang suram dan tidak menentu bisa menunggu para remaja yang melakukan kenakalan. Bayangkan bila ada seorang remaja yang kemudian terpengaruh pergaulan bebas, hampir bisa dipastikan dia tidak akan memiliki masa depan cerah. Hidupnya akan hancur perlahan dan tidak sempat memperbaikinya. Kriminalitas bisa menjadi salah satu dampak kenakalan. Remaja yang terjebak hal-hal negatif bukan tidak mungkin akan memiliki keberanian untuk melakukan tindak kriminal. Mencuri demi uang atau merampok untuk mendapatkan barang berharga. F. PENDIDIKA SEKSUAL PADA REMAJA Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks makhluk hidup dapat terus bertahan menjaga kelestarian keturunannya. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Manfaat Pendidikan Seksual Pada Remaja Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri (Handbook of Adolecent psychology, 1980). Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut. Karena meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet. Memasuki Milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan. Pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah sehingga dianggap suatu hal tabu untuk dibicarakan secara terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah. Sudah saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas. Karakteristik Seksual Remaja Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Karakter seksual masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi yang berbeda hal ini seperti yang pendapat berikut ini : Sexual characteristics are divided into two types. Primary sexual characteristics are directly related to reproduction and include the sex organs (genitalia). Secondary sexual characteristics are attributes other than the sex organs that generally distinguish one sex from the other but are not essential to reproduction, such as the larger breasts characteristic of women and the facial hair and deeper voices characteristic of men (Microsoft Encarta Encyclopedia 2002). Pendapat tersebut seiring dengan pendapat Hurlock (1991), seorang ahli psikologi perkembangan, yang mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder yang penting pada laki-laki dan perempuan. Menurut Hurlock, pada remaja putra : tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat, suara membesar dan lain,lain. Sedangkan pada remaja putri : pinggul melebar, payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, mulai mengalami haid, dan lain-lain. Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja ke arah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal tersebut merupakan suatu yang wajar karena secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan. Perilaku Seksual Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Obyek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi. Sementara akibat psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, hal ini disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid yang hamil diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks. Perilaku Penyimpangan Seksual Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai : Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan. Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut. Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut : Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain) Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih (cth: VCD, buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya. Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria. Pendidikan Seksual Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak ( dalam Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991). Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar. Tujuan Pendidikan Seksual Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga. Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja, 1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987). Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut : Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab) Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat. Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja. Beberapa Kiat mengajarkan pendidikan seksual Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan. Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan. Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan: Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya. Saya yakin pasti masih ada cara-cara lain yang dapat anda gunakan dalam mendidik anak remaja anda. Akhir kata saya berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi remaja, orang tua dan pendidik dalam membentuk remaja menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki kualitas kehidupan yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan yang lebih berat di masa yang akan datang. Oleh: Zainun Mu’tadin, SPsi., MSi. G. PENTINGNYA PENDIDIKAN SEK Pentingnya Pendidikan Seks (Seks Education) Selama ini, jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang adalah hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan pria dan wanita secara biologis. Orang pasti akan menganggap tabu jika membicarakan tentang seks, dianggapnya sex education akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih berpandangan stereotype dengan pendidikan seks (sex education) seolah sebagai suatu hal yang vulgar. Pengertian Pendidikan Seks (Sex Education) Pendidikan seks (sex education) adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Pendapat lain mengatakan bahwa Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini mencakup mulai dari pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita). Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya. Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih trend-nya “sex education” sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya sex education maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Pentingnya Pendidikan Seks (Sex Education) Bagi Remaja Ada beberapa hal mengenai Pentingnya Pendidikan Seks bagi Remaja, diantaranya yaitu: • Untuk mengetahui informasi seksual bagi remaja • Memiliki kesadaran akan pentingnya memahami masalah seksualitas • Memiliki kesadaran akan fungsi-fungsi seksualnya • Memahami masalah-masalah seksualitas remaja • Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah seksualitas Selain itu ada dua faktor mengapa pendidikan seks (sex education) sangat penting bagi remaja. Faktor pertama adalah di mana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex education, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adahal hal yang tabu. Sehingga dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya. Faktor kedua, dari ketidakfahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial masyarakat, hal ini ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakfahaman remaja tentang sex education ini, banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya. Ada beberapa pendapat yang bilang, ”sex education” memang pantas dimasukkan dalam kurikulum di sekolah menengah, apalagi siswa pada ini adalah masa pubertas. Pendidikan Seks ”Sex education” sangat perlu sekali untuk mengantisipasi, mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan mampu menghindari dampak-dampak negatif lainnya. Mungkin kita baru menyadari betapa pentingnya pendidikan seks karena banyak kasus pergaulan bebas muncul di kalangan remaja dewasa ini. Kalau kita berbicara tentang pergaulan bebas, hal ini sebenarnya sudah muncul dari dulu, hanya saja sekarang ini terlihat semakin parah. Pergaulan bebas remaja ini bisa juga karena dipicu dengan semakin canggihnya kemajuan teknologi, juga sekaligus dari faktor perekonomian global. Namun hanya menyalahkan itu semua juga bukanlah hal yang tepat. Yang terpenting adalah bagaimana kita mampu memberikan pendidikan seks (sex education) kepada generasi muda. Oleh: Diana Septi Purnama H. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA Kesehatan Reproduksi Remaja Pengertian kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Sedangkan kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Definisi kesehatan reproduksi menurut hasil ICPD 1994 di Kairo adalah keadaan sempurna fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi dan proses. Pengertian kesehatan reproduksi ini mencakup tentang hal-hal sebagai berikut: 1) Hak seseorang untuk dapat memperoleh kehidupan seksual yang aman dan memuaskan serta mempunyai kapasitas untuk bereproduksi; 2) Kebebasan untuk memutuskan bilamana atau seberapa banyak melakukannya; 3) Hak dari laki-laki dan perempuan untuk memperoleh informasi serta memperoleh aksebilitas yang aman, efektif, terjangkau baik secara ekonomi maupun kultural; 4) Hak untuk mendapatkan tingkat pelayanan kesehatan yang memadai sehingga perempuan mempunyai kesempatan untuk menjalani proses kehamilan secara aman. Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan repoduksi yaitu : Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil). Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb). Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara materi, dsb). Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, dsb). Demikian sekilas tentang kesehatan reproduksi remaja, mudah-mudahan menambah pengetahuan kita

KEBUTUHAN REMAJA AKAN LAYANAN KONSELING


Remaja Dan Fenomena Permasalahannya Khalayak mungkin terperangah melihat pemberitaan menghebohkan di media massa yang mengangkat realita remaja Indonesia. Muncul berita negatif, tayangan video handphone yang menggambarkan adegan pasangan remaja melakukan hubungan suami-istri. Dilanjutkan banyak kejadian lainnya, misalnya hubungan seksual pranikah (HSPN), aborsi tidak aman (Unsaved Abortion), hubungan seksual bebas dan tidak bertanggungjawab, penyalahgunaan narkotika, alkohol, merokok, IMS dan HIV-AIDS, kehamilan tidak diinginkan (KTD) hingga pernikahan dini. Namun fakta itu tetap dipandang sebelah mata oleh pihak-pihak berwajib yang semestinya memperjuangkan remaja. Banyak remaja yang sudah aktif secara seksual, bahkan di beberapa negara berkembang separuh remaja sudah menikah. Aktifitas seksual dini yang tidak bertanggung jawab menempatkan remaja menghadapi berbagai risiko kesehatan reproduksi. Di seluruh dunia tahun 1997, 15 juta remaja putri usia 15-19 tahun melahirkan, 4 juta diantaranya unsafe abortion, dan hampir 100 juta remaja terkena IMS. Diperkirakan 40% dari kasus HIV terjadi pada usia 15-24 tahun atau lebih dari 7000 remaja terinfeksi HIV setiap hari. Sekitar 700.000 kasus aborsi di Indonesia tahun 2003 dengan 50% unsafe abortion. KTD remaja Indonesia meningkat 150-200 ribu kasus setiap tahun, 10% remaja usia 15-19 tahun sudah menikah, dan memiliki anak. Risiko kesehatan ini dipengaruhi berbagai faktor yang saling berhubungan, seperti budaya kawin muda, kurangnya akses pendidikan dan pekerjaan, ketimpangan gender, kekerasan seksual, pengaruh negatif media massa dan kemajuan teknologi maupun gaya hidup yang bebas. Masa remaja usia 10-24 tahun adalah fase peralihan kehidupan dari kanak-kanak menuju dewasa. Remaja banyak mengalami perkembangan dan pertumbuhan guna mencari identitas dirinya. Perubahan muncul baik psikologis, fisik (pubertas), dan sosial. Berbagai problematika terjadi karena perbedaan kebutuhan (motif), dan kemampuan penyesuaian diri (adaptasi) remaja terhadap lingkungan dan proses tumbuh kembangnya sebagai pribadi manusia. Masa yang kritis, saat muncul keinginan mandiri dari ketergantungan, ingin tahu yang berlebihan, dan rentan terhadap perilaku berisiko. Tiga Solusi Bagi Remaja Guna mengatasi permasalahan remaja, maka dilakukan beberapa upaya simultan dengan pendekatan komprehensif. Tiga solusi berkesinambungan bagi remaja itu berupa pendidikan (edukasi), pencegahan (preventif), dan pelayanan kesehatan (kuratif). Metode di atas membutuhkan peran-serta masyarakat dan seluruh pihak yang peduli, karena tanpanya usaha yang dilakukan akan sia-sia. Metode edukasi telah dijalankan di beberapa propinsi di Indonesia dengan adanya kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi pada murid SMP dan SMA. Pelaksanaan edukasi terintegrasi dalam pelajaran Biologi untuk IPA dan Sosiologi untuk IPS. Edukasi kesehatan reproduksi juga diterapkan melalui kegiatan ekstrakurikuler dengan terbentuknya KSPAN sebagai wadah pemberdayaan remaja. Upaya pencegahan sudah banyak dikerjakan pemerintah maupun non-pemerintah melalui LSM-LSM. Dalam pelaksanaannya pun, upaya edukasi dan pencegahan sering dijalankan secara bersamaan, contohnya aksi kampanye sebari pembagian kondom gratis kepada kelompok remaja berisiko. Sebaliknya solusi kuratif dengan menyediakan akses layanan kesehatan khusus remaja masih sangat kurang di Indonesia. Padahal mendapatkan layanan kesehatan adalah hak setiap manusia. Memungkinkan para remaja memiliki hak yang sama layaknya esklusifitas pelayanan klinis spesialis anak, ibu ataupun lanjut usia. Layanan Kesehatan Khusus Remaja Berdasarkan data KISARA, 25% lebih konseling remaja Bali tentang masalah medis reproduksi dan seksualitas. Kondisi ini perlu disikapi bahwa remaja sangat membutuhkan layanan kesehatan dan urgen dipenuhi. Beberapa waktu lalu sudah dikembangkan klinik kesehatan khusus remaja di beberapa RSU, namun dalam perjalanan kurang tersosialisasi dan akhirnya tidak jelas keberadaannya saat ini. Menyikapi hal itu, PKBI Bali menjalankan program KISARA Youth Clinic (KYC) sejak 1 September 2008. Adapun bentuk layanannya ; pemeriksaan dan pengobatan umum, unit IMS, konseling remaja, edukasi informasi, VCT (Voulentary Counselling And Testing), estetika (kecantikan), laboratorium sederhana, serta akses kontrasepsi untuk kasus terseleksi. KYC didukung oleh tenaga dokter dan paramedis profesional yang tentu saja mengerti akan karakteristik remaja. Tidak hanya pasif, namun juga mengembangkan layanan kesehatan aktif (Outreach) yang bertujuan menjangkau lebih jauh dan banyak lagi, promosi kesehatan langsung pada remaja berisiko, realisasi media edukasi, dan skrining kesehatan remaja. Selama ini KYC telah mengkonseling lebih dari 1200 pasangan remaja dengan KTD, di samping mampu melayani pasien umum hampir 2000 klien. Visi KYC adalah mewujudkan remaja yang sehat dan bertanggung jawab. Sehingga mampu memberdayakan para remaja, khususnya dalam aspek kesehatan, agar tumbuh dan berkembang menjadi sosok bertanggungjawab. Akses mudah, cepat, dan tepat mengenai informasi kesehatan medis umum, reproduksi, seksualitas, dan psikologis, maka dipastikan dapat mengurangi permasalahan remaja, serta memberikan sumbangsih hingga tercapainya Millenium Development Goals tahun 2015 dr. I G.N. Pramesemara, S.Ked Koordinator KISARA Youth Clinic, PKBI Daerah Bali Jln. Gatot Subroto IV/6, Denpasar. Telp.0361-9105250 www.kisarayouthclinic.org

KUMPULAN SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Tugas Perkembangan : 1 Mencapai Kematangan Dalam Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa Sekolah : Kelas/Semester : Tahun : 2005 - 2006 A. Bahasan/Topik Permasalahan : Nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari B. Bidang bimbingan : Sosial C. Jenis layanan : Informasi D. Fungsi layanan : Pemahaman E. Kompetensi yg ingin dicapai : Siswa dapat memahami nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari F. Uraian Kegiatan 1. Strategi penyajian : Klasikal (ceramah, tanya jawab, diskusi) 2. Materi : 1. Pengertian nilai-nilai ajaran agama 2. Pentingnya nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari G. Tempat penyelenggaraan : Ruang kelas H. Alokasi waktu : 1 x 45 menit I. Pihak yang disertakan/Peran : Guru agama/penyaji J. Alat dan perlengkapan : OHP, alat tulis, buku sumber K. Rencana Penilaian : laiseg, laijapen, laijapan L. Rencana Tindak lanjut : - Melaksanakan bimbingan kelompok - Melaksanakan konseling individu M. Catatan khusus : Parung, 30 September 2006 Kepala Sekolah Guru Pembimbing _________________ __________________ NIP NIP PENILAIAN KEBERHASILAN LAYANAN BK Tugas Perkembangan 1 : Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME Kelas/Semester : X/1 Bidang bimbingan : Sosial Jenis layanan : Informasi Topik Bahasan : Nilai-nilai ajaran yang terkandung dalam agama Isi Materi : 1. Pengertian nilai-nilai ajaran agama 2. Pentingnya nilai-nilai ajaran agama Penilaian : Laiseg Instrumen penilaian : Angket Angket No Pertanyaan Jawaban Sering Kadang2 Tdk pernah 1. Melaksanakan ibadah wajib dengan baik 2. Menghindari larangan-larangan agama 3. Mengajak dan mentraktir teman ke kantin 4. Menyumbang untuk pembangunan tempat ibadah 5. Menolong teman yang terkena musibah 6. Ikut merasakan penderitaan orang lain 7. Mengagumi ciptaan tuhan 8. Mensyukuri rahmat dan nikmat yang di karuniai oleh Tuhan Yang Maha Esa 9. Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan 10. Meningkatkan kualitas ibadahnya SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Tugas Perkembangan : 2 Mencapai Kematangan Dalam Hubungan Teman Sebaya Serta Kematangan dalam peranannya sebagai pria atau wanita Sekolah : Kelas/Semester : XI / 2 Tahun : 2005 - 2006 A. Bahasan/Topik Permasalahan : Etika pergaulan dengan teman sebaya B. Bidang bimbingan : Sosial C. Jenis layanan : Informasi D. Fungsi layanan : Pemahaman E. Kompetensi yg ingin dicapai : Siswa dapat memahami pentingnya etika pergaulan antara pria dan wanita F. Uraian Kegiatan 1. Strategi penyajian : - Guru pembimbing memberikan penjelasan kepada siswa - Dilanjutkan diskusi kelompok - Diadakan kesimpulan dari hasil diskusi kelompok 2. Materi : 1. Batas pergaulan pria atau wanita 2. Cara menempatkan diri dalam pergaulan antara pria dan wanita G. Tempat penyelenggaraan : Ruang kelas H. Alokasi waktu : 2 x 45 menit I. Pihak yang disertakan/Peran : J. Alat dan perlengkapan : Papan tulis, buku sumber K. Rencana Penilaian : laiseg, laijapen, laijapan L. Rencana Tindak lanjut : - Konseling perorangan M. Catatan khusus : Parung, 30 September 2006 Kepala Sekolah Guru Pembimbing _________________ __________________ NIP NIP PENILAIAN KEBERHASILAN LAYANAN BK Tugas Perkembangan 2 : Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya serta kematangan dalam perananya sebagai pria dan wanita Kelas/Semester : XI/2 Bidang bimbingan : Sosial Jenis layanan : Informasi Topik Bahasan : Etika pergaulan dengan teman sebaya Isi Materi : 1. Batas-batas pergaulan pria atau wanita 2. Cara menempatkan diri dalam pergaulan antara pria atau wanita Penilaian : Laiseg, laijapen, laijapang Instrumen penilaian : Angket Questionare I. Angket No Pernyataan Jawaban Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 1. Saya bersahabat dengan teman yang sejalan dengan saya 2. Saya bersikap jujur dalam bersahabat 3. Saya tidak mau tahu perasaan teman-teman saya 4. Saya akan menerima teman apa adanya 5. Saya kadang benci dengan sikap teman saya 6. Saya mengungkapkan isi hati saya pada teman yang paling aku percaya 7. Saya berusaha mengerti dengan teman saya 8. Saya bergaul dengan teman tertentu saja 9. Saya bergabung kegiatan yang saya senangi 10. Saya curiga dengan teman yang belum saya kenal II. Questioner 1. Sikap yang diharapkan dari seorang pria dalam pergaulan - - - - - 2. Sikap yang diharapkan oleh seorang seorang perempuan - - - - - 3. Tuliskan motivasi Anda menghargai teman lawan jenis Anda - - - - - 4. Tuliskan norma-norma yang membatasi pergaulan dengan lawan jenis - - - - - SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DANKONSELING Tugas Perkembangan 3 Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani yang sehat Sekolah : SMA Kelas/Semester : X / 2 Tahun : 2005/2006 A. Bahasan/ Topik/Permasalahan : Contoh-contoh pentingnya kondisi jasmani yang sehat dalam hubungan sosial B. Bidang Bimbingan : Sosial C. Jenis Layanan : Informasi D. Fungsi Layanan : Pemahaman E. Kompetensi yang ingin : Mengetahui cara mengelola sampah Dicapai F. Uraian Kegiatan : 1. Strategi Penyajian : Klasikal (ceramah, tanya jawab) 2. Materi : Cara-cara pengelolaan sampah yang baik G. Tempat Penyelenggaraan : Di dalam kelas / di luar kelas H Alokasi Waktu : 1X 45 menit I. Pihak yang Disertakan/ Peran : - J. Alat dan Perlengkapan : - K. Rencana Penilaian : Ket. proses Rencana Tindak Lanjut : a. Bimbingan kelompok b. - L. Catatan Khusus : - ……………………….2005 Kepala Sekolah Guru Pembimbing NIP NIP PENILAIAN KEBERHASILAN LAYANAN BK Tugas Perkembangan 3 : Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani yang sehat Kelas/Semester : X/1 Bidang bimbingan : Sosial Jenis layanan : Informasi Topik Bahasan : Contoh-contoh pentingnya kondisi jasmani yang sehat dalam hubungan sosial Isi Materi : Cara-cara pengelolaan sampah yang baik Penilaian : Laiseg, laijapen Instrumen penilaian : Angket I. Angket No Pernyataan Jawaban Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 1. Membuang sampah pada tempatnya 2. Memisahkan sampah yang kering dengan yang basah 3. Membakar sampah yang kering 4. Menanam sampah basah 5. Memanfaatkan sampah yang masih bisa digunakan/mendaur ulang 6. Berpikir untuk mendaur ulang sampah 7. Pernah membuat kompos 8. Membersihkan sampah yang berserakan 9. Menegur orang lain yang tidak membuang sampah pada tempatnya SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Tugas Perkembangan 4: (Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan kesenian sesuai dengan program kurikulum, persiapan karir dan melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas) Sekolah : SMA Kelas/Semester : X/1,2 Tahun :2005/2006 A. Bahasan/ Topik Permasalahan : Informasi Perguruan Tinggi. B. Bidang Bimbingan : Pribadi C. Jenis Layanan : Informasi D. Fungsi Layanan : Pemahaman E. Kompetensi yang ingin dicapai : Siswa memahami tentang macam-macam Perguruan Tinggi F. Uraian Kegiatan 1. Strategi Penyajian : Klasikal, informasi, Tanya jawab 2. Materi : 1. Pengertian perguruan tinggi 2. Jenis-jenis perguruan tinggi 3. Status perguruan tinggi G. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas H. Alokasi Waktu : 2 x 45 menit I. Pihak yang disertakan/Peran : Siswa X J. Alat dan Perlengkapan : OHP, buku panduan Perguruan Tinggi K. Rencana Penilaian : Penilaian proses L. Rencana Tindak Lanjut : a. Konseling individu b. Konseling kelompok M. Catatan Khusus : …….., ……………...2004 Kepala Sekolah Guru Pembimbing …………………….. ………………………. NIP NIP SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Tugas Perkembangan 4: ((Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan kesenian sesuai dengan program kurikulum, persiapan karir dan melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas) Sekolah : SMA Kelas/Semester : XI Tahun :2005/2006 A. Bahasan/ Topik Permasalahan : Mengenal macam-macam fakultas dan jurusan di Perguruan Tinggi B. Bidang Bimbingan : Pribadi C. Jenis Layanan : Informasi D. Fungsi Layanan : Pemahaman E. Kompetensi yang ingin dicapai : Siswa mendapat pengetahuan tentang macam-macam fakultas dan jurusan di Perguruan Tinggi F. Uraian Kegiatan 1. Strategi Penyajian : Klasikal, informasi, Tanya jawab, diskusi 2. Materi : - Macam-macam fakultas - Prospek Perguruan Tinggi G. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas H. Alokasi Waktu : 2 x 45 menit I. Pihak yang disertakan/Peran : Siswa X I J. Alat dan Perlengkapan : OHP, buku panduan Perguruan Tinggi K. Rencana Penilaian : Penilaian proses L. Rencana Tindak Lanjut : a. Bimbingan kelompok b. Konseling kelompok M. Catatan Khusus : …….., ……………...2004 Kepala Sekolah Guru Pembimbing …………………….. ………………………. NIP NIP SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Tugas Perkembangan 4: ((Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan kesenian sesuai dengan program kurikulum, persiapan karir dan melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas) Sekolah : SMA Kelas/Semester : XII Tahun :2005/2006 A. Bahasan/ Topik Permasalahan : Memanfaatkan Teknologi. B. Bidang Bimbingan : Pribadi C. Jenis Layanan : Informasi D. Fungsi Layanan : Pemahaman E. Kompetensi yang ingin dicapai : Siswa dapat menerapkan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman F. Uraian Kegiatan 1. Strategi Penyajian : Klasikal, informasi, Tanya jawab 2. Materi : Teknologi informasi G. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas H. Alokasi Waktu : 2 x 45 menit I. Pihak yang disertakan/Peran : Siswa XII J. Alat dan Perlengkapan : OHP, K. Rencana Penilaian : Penilaian proses L. Rencana Tindak Lanjut : a. Bimbingan individu b. M. Catatan Khusus : …….., ……………...2004 Kepala Sekolah Guru Pembimbing …………………….. ………………………. NIP NIP PENILAIAN KEBERHASILAN LAYANAN BK Tugas Perkembangan : Mengembangkan penguasaan ilmu teknologi dan kesenian sesuai dengan program kurikulum, persiapan karir dalam melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang luas Kelas/Semester : X Topik Bahasan : Mengenal macam-macam Perguruan Tinggi Bidang Bimbingan : Pribadi Jenis Layanan : Informasi Isi Materi : 1. Macam-macam jenis Perguruan Tinggi Negeri 2. Macam-macam jenis Perguruan Tinggi Swasta Penilaian - Laiseg - Laijapen - Laijapang Angket No Pernyataan Jawaban Sangat Paham Paham Tidak Paham 1. 2. 3 4. 5. 6. 7. 8. 9. Macam-macam Perguruan Tinggi di Indonesia Macam-macam jenis Perguruan Tinggi di Indonesia Macam-macam fakultas di Perguruan Tinggi Macam-macam jurusan di Perguruan Tinggi Macam-macam jenjang perguruan tinggi Sistem perkuliahan di Perguruan TInggi Macam-macam jabatan di Perguruan Tinggi Macam-macam fakultas di Perguruan Tinggi Prospek di Perguruan Tinggi Praktek perkulian (PKL, KKN) PENILAIAN KEBERHASILAN LAYANAN BK Tugas Perkembangan : Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan kesenian sesuai dengan program kurikulum, persiapan karir dalam melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas. Kelas/Semester : XI Topik Bahasan : Mengenal macam-macam Fakultas/jurusan di Perguruan Tinggi Bidang Bimbingan : Pribadi Jenis Layanan : Informasi Isi Materi : 1. Macam-macam fakultas/jurusan di Perguruan Tinggi Penilaian - Laiseg - Laijapen - Laijapang Angket No Pernyataan Jawaban Sangat Paham Paham Tidak Paham 1. 2. 3 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 Macam-macam Fakultas/jurusan teknik Macam-macam Fakultas/jurusan pertanian Macam-macam Fakultas/Jurusan Peternakan Macam-macam Fakultas/jurusan Perikanan Macam-macam Fakultas/jurusan Kedokteran Macam-macam Fakultas/Jurusan Ekonomi Macam-macam Fakultas/jurusan Ilmu Alam Macam-macam Fakultas/Jurusan Ilmu Sosial Macam-macam Fakultas/jurusan Bahasa dan Sastra Macam-macam Fakultas/jurusan Informatika Macam-macam Fakultas/Jurusan Farmasi PENILAIAN KEBERHASILAN LAYANAN BK Tugas Perkembangan 4 : Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan kesenian sesuai dengan program kurikulum, persiapan karir dalam melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dan kehidupan masyarakat yang lebih luas Kelas/Semester : XII Topik Bahasan : Memanfaatkan Teknologi Bidang Bimbingan : Pribadi Jenis Layanan : Informasi Isi Materi : Teknologi Informasi Penilaian - Laiseg - Laijapen - Laijapang Instrumen Penilaian : Angket No Pernyataan Jawaban Sangat Paham Paham Tidak Paham 1. 2. 3 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 Penggunaan Radio dan TU Penggunaan Telepone Penggunaan Handphone Penggunaan HT (Handy Talky) Penggunaan OHP (Overhead Projector) Penggunaan LCD (Lycuid Crystal Dissplay) Penggunaan Computer Penggunaan Informasi dari Internet Penggunaan Parabola Penggunaan Satelit SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Tugas Perkembangan 5: (Mencapai Kematangan dalam Pilihan Karir) Sekolah : SMA Kelas/Semester : X/1,2 Tahun :2005/2006 A. Bahasan/ Topik Permasalahan : Memilih Jurusan di SMA yang sesuai dengan bakat dan minat. B. Bidang Bimbingan : Pribadi C. Jenis Layanan : Informasi D. Fungsi Layanan : Pemahaman E. Kompetensi yang ingin dicapai : Siswa mampu memilih jurusan di SMA yang sesuai dengan bakat dan minat F. Uraian Kegiatan 1. Strategi Penyajian : Klasikal : a. Menyiapkan siswa untuk memasuki proses pemberian layanan. b. Penjelasan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan. c. Pengisian tentang penjajakan angket penjurusan. 2. Materi : a. Syarat-syarat akademis program IPA b. Syarat-syarat akademis program IPS c. Syarat-syarat akademis program BHS G. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas H. Alokasi Waktu : 2 x 45 menit I. Pihak yang disertakan/Peran : Siswa X J. Alat dan Perlengkapan : OHP, Kurikulum, Papab Tulis, Spidol, Kertas. K. Rencana Penilaian : Laiseg, Laijapen,Laijapang L. Rencana Tindak Lanjut : a. Bimbingan individu b. Bimbingan kelompok c. Pengisian Angket Penjurusan M. Catatan Khusus : Mempertimbangkan Prestasi Akademik …….., ……………...2004 Kepala Sekolah Guru Pembimbing …………………….. ………………………. NIP NIP SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Tugas Perkembangan 5: ((Mencapai Kematangan dalam Pilihan Karir) Sekolah : SMA Kelas/Semester : XI/1,2 Tahun :2005/2006 A. Bahasan/ Topik Permasalahan : Memilih Kegiatan Ekstra Kurikuler B. Bidang Bimbingan : Pribadi C. Jenis Layanan : Informasi D. Fungsi Layanan : Pemahaman E. Kompetensi yang ingin dicapai : Siswa mampu memilih kegiatan ekstrakurikuler yang tepat F. Uraian Kegiatan 1. Strategi Penyajian : Klasikal : a. Menyiapkan siswa untuk memasuki proses pemberian layanan. b. Pemberian layanan informasi tentang berbagai kegiatan ekstrakurikuler c. Pengisian tentang penjajakan angket pemilihan ekstrakurikuler. 2. Materi : -Macam-macam kegiatan ekstrakurikuler -Ekstrakurikuler yang mendukung karir - Kiat-kiat mencapai prestasi di bidang ekstrakurikuler G. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas H. Alokasi Waktu : 2 x 45 menit I. Pihak yang disertakan/Peran : Bagiankesiswaan,Koordinator Ekstrakurikuler J. Alat dan Perlengkapan : OHP, Papan Tulis, Angket K. Rencana Penilaian : Laiseg, Laijapen, Laijapang L. Rencana Tindak Lanjut : a. Bimbingan kelompok b. Konseling kelompok M. Catatan Khusus : …….., ……………...2004 Kepala Sekolah Guru Pembimbing …………………….. ………………………. NIP NIP SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Tugas Perkembangan 5: ((Mencapai Kematangan dalam Pilihan Karir) Sekolah : SMA Kelas/Semester : XII/1,2 Tahun :2005/2006 A. Bahasan/ Topik Permasalahan : Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi B. Bidang Bimbingan : Pribadi C. Jenis Layanan : Orientasi, Informasi D. Fungsi Layanan : Pemahaman E. Kompetensi yang ingin dicapai : Siswa mampu memilih Jurusan di Perguruan Tinggi yang sesuai dengan bakat dan minat F. Uraian Kegiatan 1. Strategi Penyajian : Klasikal : a. Menyiapkan siswa untuk memasuki proses pemberian layanan. b. Pemberian layanan informasi tentang berbagai jurusan yang ada di Perguruan Tinggi c. Pengisian tentang penjajakan angket pemilihan Jurusan/Perguruan Tinggi. 2. Materi : a. Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia. b. Penjenjangan Perguruan Tinggi c. Pengelompokan program studi menurut jenjangnya. G. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas H. Alokasi Waktu : 3 x 45 menit I. Pihak yang disertakan/Peran : PT/PTS J. Alat dan Perlengkapan : OHP, Papan Tulis, Brosur K. Rencana Penilaian : Laiseg, Laijapen, Laijapang L. Rencana Tindak Lanjut : a. Bimbingan kelompok b. Konseling individu M. Catatan Khusus : Mengundang Narasumber dari PTN/PTS …….., ……………...2004 Kepala Sekolah Guru Pembimbing …………………….. ………………………. NIP NIP SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Tugas Perkembangan 5: ((Mencapai Kematangan dalam Pilihan Karir) Sekolah : SMA Kelas/Semester : XII/1,2 Tahun :2005/2006 A. Bahasan/ Topik Permasalahan : Memilih Pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan minat B. Bidang Bimbingan : Pribadi C. Jenis Layanan : Orientasi, Informasi D. Fungsi Layanan : Penyaluran E. Kompetensi yang ingin dicapai : Siswa mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan minat F. Uraian Kegiatan 1. Strategi Penyajian : Klasikal : a. Menyiapkan siswa untuk memasuki proses pemberian layanan. b. Pemberian layanan informasi tentang berbagai jenis lapangan kerja c. Pengisian tentang penjajakan angket pemilihan pekerjaan. 2. Materi : a. Macam-macam profesi. b. Macam-macam lapangan pekerjaan c. Mengikuti pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan bakat dan minat. G. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas H. Alokasi Waktu : 3 x 45 menit I. Pihak yang disertakan/Peran : Disnaker, BLK J. Alat dan Perlengkapan : OHP, Papan Tulis, Brosur,Angket K. Rencana Penilaian : Laiseg, Laijapen, Laijapang L. Rencana Tindak Lanjut : a. Bimbingan kelompok b. Konseling individu c. Mengikuti pelatihan M. Catatan Khusus : Presentasi dari seorang tokoh yang sukses …….., ……………...2004 Kepala Sekolah Guru Pembimbing …………………….. ………………………. NIP NIP PENILAIAN KEBERHASILAN LAYANAN BK Tugas Perkembangan 5 : Mencapai kematang dalam pilihan karir Kelas/Semester : X, XI, /1,2 Topik Bahasan : Memilih kegiatan ekstrakurikuler Bidang Bimbingan : Pribadi Jenis Layanan : Informasi, Orientasi Isi Materi : 1. Macam-macam kegiatan ekstrakurikuler 2. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung karir 3. Kiat-kiat mencapai prestasi dalam kegiatan ekstrakurikuler Penilaian - Laiseg - Laijapen - Laijapang Instrumen Penilaian : Angket No Pernyataan Jawaban Ya Tidak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Memahami jenis dan macam kegiatan ekstrakurikuler Mengikuti beberapa jenis kegiatan ekskul Mengikuti ekskul olah raga Mengikuti ekskul bahasa asing Mengikuti ekskul komputer Mengikuti ekskul musik Mengikuti ekskul vocal group Mengikuti ekskul keterampilan menjahit Kegiatan ekstrakurikuler bisa mendukung kegiatan karir Melaksanakan ekstra dengan tekun Mendapat dukungan dari orang tua untuk mengikuti ekskul Kesulitan memilih kegiatan ekskul Ada kesesusian kegiatan ekstra dengan pilihan karir Mengembangkan ekskul untuk mengembangkan prestasi Pilihan karir relevan dengan kegiatan ekskul PENILAIAN KEBERHASILAN LAYANAN BK Tugas Perkembangan 5 : Mencapai kematangan dalam pilihan karir Kelas/Semester : XII/1 Topik Bahasan : Memilih jurusan di Perguruan Tinggi yang tepat Bidang Bimbingan : Pribadi Jenis Layanan : Informasi, Orientasi Isi Materi : 1. Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia 2. Penjenjangan Perguruan Tinggi 3. Pengelompokan Program Studi Penilaian - Laiseg - Laijapen - Laijapang Instrumen Penilaian : Angket No Pernyataan Jawaban Ya Tidak 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Melanjutkan studi di perguruan tinggi Prioritas pertama melanjutkan studi di perguruan tinggi negeri Prioritas kedua melanjutkan studi di perguruan tinggi swasta Mengetahui system regionalisasi PTN di Indonesia Melanjutkan studi pada program kependidikan Melanjutkan studi pada program non kependidikan Mengetahui sistem penjenjangan di PT Mengetahui jenjang pendidikan S1, S2, S3 Mengetahui jenjang pendidikan diploma 3 Mengetahui jenjang pendidikan gelar non gelar Mengetahui program pendidikan profesi Mengetahui program pendidikan ikatan dinas Memilih jurusan IPA sesusai dengan prestasi akademik Memilih jurusan IPS sesusai dengan prestasi akademik SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Tugas Perkembangan 6 (Mencapai Kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, social, intelektual, dan ekonomi.) Sekolah : SMA Kelas/Semester : X/1,2 Tahun :2005/2006 A. Bahasan/ Topik Permasalahan : Belajar mengambil keputusan secara mandiri dalam bidang ekonomi. B. Bidang Bimbingan : Pribadi C. Jenis Layanan : Informasi D. Fungsi Layanan : Pemahaman E. Kompetensi yang ingin dicapai : Siswa mampu mengelola keuangan secara mandiri F. Uraian Kegiatan 1. Strategi Penyajian : a. Secara Klasikal : siswa merespon penjelasan Guru Pembimbing tentang cara mengelola keuangan secara efektif. d. Secara Kelompok : Guru Pembimbing memberikan tugas untuk mendiskusikan materi tentang cara mengelola keuangan secara efektif. e. Pengisian Format Penilaian tentang kemampuan mengelola keuangan secara efektif. 2. Materi : 1.Cara-cara/kiat menggunakan uang secara efektif. 2. Tips belanja hemat G. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas H. Alokasi Waktu : 1 x 45 menit I. Pihak yang disertakan/Peran : - J. Alat dan Perlengkapan : OHP,Papan Tulis, Spidol, sumber yang relevan.. K. Rencana Penilaian : Penilaian Proses L. Rencana Tindak Lanjut : a. Konseling Individual b. Konseling Kelompok M. Catatan Khusus : …….., ……………...2004 Kepala Sekolah Guru Pembimbing …………………….. ………………………. NIP NIP SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Tugas Perkembangan 6: (Mencapai Kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, social, intelektual, dan ekonomi) Sekolah : SMA Kelas/Semester : XI/1,2 Tahun :2005/2006 A. Bahasan/ Topik Permasalahan : Berpikir secara positif dalam kehidupan sehari-hari B. Bidang Bimbingan : Pribadi C. Jenis Layanan : Informasi D. Fungsi Layanan : Pemahaman E. Kompetensi yang ingin dicapai : Siswa mampu berpikir secara positif dalam kehidupan sehari-hari F. Uraian Kegiatan 1. Strategi Penyajian : a. Secara Klasikal : siswa merespon penjelasan Guru Pembimbing tentang cara berpikir positif dan manfaat berpikir positif bagi kesehatan fisik dan mental b.Secara Kelompok : Guru Pembimbing memberikan tugas untuk mendiskusikan materi tentang cara berpikir positif dan manfaat berpikir positif bagi kesehatan fisik dan mental c.Pengisian Format Penilaian tentang cara berpikir positif dan manfaat berpikir positif bagi kesehatan fisik dan mental 2. Materi : 1. Cara-cara berpikir positif 2. Manfaat beprikir positif bagi kesehatan fisik dan mental. G. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas H. Alokasi Waktu : 1x 45 menit I. Pihak yang disertakan/Peran : - J. Alat dan Perlengkapan : OHP, Papan Tulis, Angket K. Rencana Penilaian : Laiseg, Laijapen, Laijapang L. Rencana Tindak Lanjut : a. Bimbingan kelompok b. Konseling kelompok c. Konseling individual M. Catatan Khusus : …….., ……………...2004 Kepala Sekolah Guru Pembimbing …………………….. ………………………. NIP NIP SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Tugas Perkembangan 6: (Mencapai Kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, social, intelektual, dan ekonomi) Sekolah : SMA Kelas/Semester : XII/1,2 Tahun :2005/2006 A. Bahasan/ Topik Permasalahan : Memilih teman dekat sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan keluarga. B. Bidang Bimbingan : Pribadi C. Jenis Layanan : Informasi D. Fungsi Layanan : Pemahaman E. Kompetensi yang ingin dicapai : Siswa mampu memilih teman dekat sebagai persiapan memasuki kehidupan berkeluarga F. Uraian Kegiatan 1. Strategi Penyajian : a. Secara Klasikal : siswa merespon penjelasan Guru Pembimbing tentang Cara-cara bergaul dengan lawan jenis b.Secara Kelompok : Guru Pembimbing memberikan tugas untuk mendiskusikan materi tentang Cara-cara bergauldengan lawan jenis c.Pengisian Format Penilaian tentang Cara-cara bergaul dengan lawan jenis 2. Materi : Cara-cara bergaul dengan lawan jenis. G. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas H. Alokasi Waktu : 1x 45 menit I. Pihak yang disertakan/Peran : - J. Alat dan Perlengkapan : OHP, Papan Tulis, Angket,buku yang relevan. K. Rencana Penilaian : Penilaian Proses L. Rencana Tindak Lanjut : a. Bimbingan kelompok b. Konseling individual c. Konseling kelompok M. Catatan Khusus : …….., ……………...2004 Kepala Sekolah Guru Pembimbing …………………….. ………………………. NIP NIP PENILAIAN KEBERHASILAN LAYANAN BK Tugas Perkembangan 6 : Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, social, intelektual, dan ekonomi Kelas/Semester : XI/1,2 Topik Bahasan : Berpikir secara positif dalam kehidupan sehari-hari Bidang Bimbingan : Pribadi Jenis Layanan : Informasi, Orientasi Isi Materi : 1. Cara-cara berpikir positif 2. Manfaat berpikir positif bagi kesehatan fisik dan mental Penilaian - Laiseg - Laijapen - Laijapang Instrumen Penilaian : Skala Sikap Likert ---------------------------------------------------------------------------------------------------- Petunjuk Mengerjakan Skala Sikap Jawablah pernyataan di bawah ini dengan membubuhkan tanda checklist pada kolom yang sesuai dengan pilihan anda Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju TPP : Tidak Punya Pendapat TS : Tidak setuju STS : Sangat Tidak Setuju No. Pernyataan Jawaban SS S TPP TS STS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Orang yang berpikiran positif selalu bangun pagi dengan perasaan senang. Selalu melaksanakan aktivitas pagi dengan perasaan tenang Selalu mengerjakan tugas atau pekerjaan dengan tidak mengeluh Menyapa orang lebih dulu bila berpapasan Tersenyum jika bertemu orang yang telah dikenal. Menampakkan raut wajah yang tenang pada setiap situasi. Selalu menghargai kelebihan orang lain Tidak menyalahkan orang lain bila menemui kegagalan. Mudah melakukan komunikasi dengan siapapun. Ketika berkomunikasi dengan orang lain tidak memiliki perasaan negatif. Tidak membicarakan kelemahan orang lain Di dalam pergaulan tidak membeda-bedakan teman/orang. Mudah memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukannya. Berempati pada penderitaan orang lain Dapat mengendalikan emosi Skoring : 1. SS diberi skor 5 2. S diberi skor 4 3. TPP diberi skor 3 4. TS diberi skor 2 5. STS diberi skor 1 Interprestasi Skor : Skor maksimal : 75 Median : 36 Skor minimal : 5 Kelas Interval : 75 – 5 = 60 : 3 = 20 1. Diatas rata-rata 56- 75 :Anda telah memiliki pola pikir yang positif dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dapat menunjang kesehatan fisik dan mental sehingga kepribadian anda akan berkembang optimal. 2. Rata-rata 36 - 55 : Anda perlu mengembangkan pola pikir yang positif untuk mengembangkan kepribadian. 3. Dibawah rata-rata 15 - 35 : Anda harus belajar dan berlatih berpikir positif agar mencapai kematangan emosional. PENILAIAN KEBERHASILAN LAYANAN BK Tugas Perkembangan 6 : Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, social, intelektual, dan ekonomi Kelas/Semester : XII/1,2 Topik Bahasan : Memilih teman dekat sebagai persiapan memasuki kehidupan Berpikir secara positif dalam kehidupan sehari-hari Bidang Bimbingan : Pribadi Jenis Layanan : Informasi Isi Materi : Cara-cara bergaul dengan lawan jenis Penilaian - Laiseg - Laijapen - Laijapang Instrumen Penilaian : Angket ------------------------------------------------------------------------------------------------ Petunjuk mengerjakan Angket Jawablah pernyataan di bawah ini dengan membubuhkan tanda checklist pada kolom yang sesuai dengan pilihan anda No. Pernyataan Jawaban Ya Tidak 1 2 3 4 5 Apakah anda sudah mempunyai teman dekat ? Apakah anda merasa cocok dengan teman dekat anda saat ini ? Apakah anda memperoleh manfaat yang positif dari hubungan ini ? Apakah anda dan teman dekat anda sudah merencanakan untuk berkeluarga ? Apakah anda sudah mempersiapkan diri secara psikologis untuk memasuki kehidupan berkeluarga ? Skoring : Ya = 1 Tidak = 2 Interpretasi : Skor 5 :Secara emosional anda sudah matang untuk memasuki kehidupan berkeluarga. Skor di bawah 4 : anda belum matang secara emosional untuk memasuki kehidupan berkeluarga. PENILAIAN KEBERHASILAN LAYANAN BK Tugas Perkembangan 6 : Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, social, intelektual, dan ekonomi Kelas/Semester : X/1,2 Topik Bahasan : belajar mengambil keputusan secara mandiri dalam bidang ekonomi Bidang Bimbingan : Pribadi Jenis Layanan : Informasi Isi Materi : 1. Cara-cara/kiat menggunakan uang secara efektif. 2. Tips belanja hemat Penilaian - Laiseg - Laijapen - Laijapang Instrumen Penilaian : Angket ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Petunjuk mengerjakan Angket Jawablah pernyataan di bawah ini dengan membubuhkan tanda checklist pada kolom yang sesuai dengan pilihan anda No. Pernyataan Jawaban Ya Tidak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Apakah anda diberi uang saku secara khusus oleh orang tua ? Apakah uang yang diberikan oleh orang tua anda cukup untuk memenuhi keperluan anda ? Dapatkah anda mengatur keuangan dengan baik ? Apakah anda bisa menyisihkan uang saku yang diberikan orang tua anda ? Bila uang saku anda bersisa, apakah anda tabung ? Apakah anda sering pergi berbelanja ? Apakah anda membeli barang-barang sesuai dengan kebutuhan anda ? Jika ada jenis barang yang menarik perhatianmu, padahal anda tidak membutuhkannya, apakah anda akan membelinya ? Jika anda pergi ke swalayan atau toko, apakah anda sering membeli jenis makanan ringan/cemilan ? Apakah anda membeli baju setiap bulan ? Skoring : Ya : 1 Tidak : 0 Interpretasi : Skor maksimal : 10 Skor rata-rata : 5 1. Skor di atas rata-rata : Anda sudah dapat mengelola keuangan secara efektif. 2. Skor rata-rata : Anda perlu meningkatkan kemampuan anda dalam mengelola keuangan 3. Skor di bawah rata-rata : Anda perlu belajar cara mengelola keuangan secara efektif.