Pages

Sabtu, 28 April 2012

KEBUTUHAN REMAJA AKAN LAYANAN KONSELING


Remaja Dan Fenomena Permasalahannya Khalayak mungkin terperangah melihat pemberitaan menghebohkan di media massa yang mengangkat realita remaja Indonesia. Muncul berita negatif, tayangan video handphone yang menggambarkan adegan pasangan remaja melakukan hubungan suami-istri. Dilanjutkan banyak kejadian lainnya, misalnya hubungan seksual pranikah (HSPN), aborsi tidak aman (Unsaved Abortion), hubungan seksual bebas dan tidak bertanggungjawab, penyalahgunaan narkotika, alkohol, merokok, IMS dan HIV-AIDS, kehamilan tidak diinginkan (KTD) hingga pernikahan dini. Namun fakta itu tetap dipandang sebelah mata oleh pihak-pihak berwajib yang semestinya memperjuangkan remaja. Banyak remaja yang sudah aktif secara seksual, bahkan di beberapa negara berkembang separuh remaja sudah menikah. Aktifitas seksual dini yang tidak bertanggung jawab menempatkan remaja menghadapi berbagai risiko kesehatan reproduksi. Di seluruh dunia tahun 1997, 15 juta remaja putri usia 15-19 tahun melahirkan, 4 juta diantaranya unsafe abortion, dan hampir 100 juta remaja terkena IMS. Diperkirakan 40% dari kasus HIV terjadi pada usia 15-24 tahun atau lebih dari 7000 remaja terinfeksi HIV setiap hari. Sekitar 700.000 kasus aborsi di Indonesia tahun 2003 dengan 50% unsafe abortion. KTD remaja Indonesia meningkat 150-200 ribu kasus setiap tahun, 10% remaja usia 15-19 tahun sudah menikah, dan memiliki anak. Risiko kesehatan ini dipengaruhi berbagai faktor yang saling berhubungan, seperti budaya kawin muda, kurangnya akses pendidikan dan pekerjaan, ketimpangan gender, kekerasan seksual, pengaruh negatif media massa dan kemajuan teknologi maupun gaya hidup yang bebas. Masa remaja usia 10-24 tahun adalah fase peralihan kehidupan dari kanak-kanak menuju dewasa. Remaja banyak mengalami perkembangan dan pertumbuhan guna mencari identitas dirinya. Perubahan muncul baik psikologis, fisik (pubertas), dan sosial. Berbagai problematika terjadi karena perbedaan kebutuhan (motif), dan kemampuan penyesuaian diri (adaptasi) remaja terhadap lingkungan dan proses tumbuh kembangnya sebagai pribadi manusia. Masa yang kritis, saat muncul keinginan mandiri dari ketergantungan, ingin tahu yang berlebihan, dan rentan terhadap perilaku berisiko. Tiga Solusi Bagi Remaja Guna mengatasi permasalahan remaja, maka dilakukan beberapa upaya simultan dengan pendekatan komprehensif. Tiga solusi berkesinambungan bagi remaja itu berupa pendidikan (edukasi), pencegahan (preventif), dan pelayanan kesehatan (kuratif). Metode di atas membutuhkan peran-serta masyarakat dan seluruh pihak yang peduli, karena tanpanya usaha yang dilakukan akan sia-sia. Metode edukasi telah dijalankan di beberapa propinsi di Indonesia dengan adanya kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi pada murid SMP dan SMA. Pelaksanaan edukasi terintegrasi dalam pelajaran Biologi untuk IPA dan Sosiologi untuk IPS. Edukasi kesehatan reproduksi juga diterapkan melalui kegiatan ekstrakurikuler dengan terbentuknya KSPAN sebagai wadah pemberdayaan remaja. Upaya pencegahan sudah banyak dikerjakan pemerintah maupun non-pemerintah melalui LSM-LSM. Dalam pelaksanaannya pun, upaya edukasi dan pencegahan sering dijalankan secara bersamaan, contohnya aksi kampanye sebari pembagian kondom gratis kepada kelompok remaja berisiko. Sebaliknya solusi kuratif dengan menyediakan akses layanan kesehatan khusus remaja masih sangat kurang di Indonesia. Padahal mendapatkan layanan kesehatan adalah hak setiap manusia. Memungkinkan para remaja memiliki hak yang sama layaknya esklusifitas pelayanan klinis spesialis anak, ibu ataupun lanjut usia. Layanan Kesehatan Khusus Remaja Berdasarkan data KISARA, 25% lebih konseling remaja Bali tentang masalah medis reproduksi dan seksualitas. Kondisi ini perlu disikapi bahwa remaja sangat membutuhkan layanan kesehatan dan urgen dipenuhi. Beberapa waktu lalu sudah dikembangkan klinik kesehatan khusus remaja di beberapa RSU, namun dalam perjalanan kurang tersosialisasi dan akhirnya tidak jelas keberadaannya saat ini. Menyikapi hal itu, PKBI Bali menjalankan program KISARA Youth Clinic (KYC) sejak 1 September 2008. Adapun bentuk layanannya ; pemeriksaan dan pengobatan umum, unit IMS, konseling remaja, edukasi informasi, VCT (Voulentary Counselling And Testing), estetika (kecantikan), laboratorium sederhana, serta akses kontrasepsi untuk kasus terseleksi. KYC didukung oleh tenaga dokter dan paramedis profesional yang tentu saja mengerti akan karakteristik remaja. Tidak hanya pasif, namun juga mengembangkan layanan kesehatan aktif (Outreach) yang bertujuan menjangkau lebih jauh dan banyak lagi, promosi kesehatan langsung pada remaja berisiko, realisasi media edukasi, dan skrining kesehatan remaja. Selama ini KYC telah mengkonseling lebih dari 1200 pasangan remaja dengan KTD, di samping mampu melayani pasien umum hampir 2000 klien. Visi KYC adalah mewujudkan remaja yang sehat dan bertanggung jawab. Sehingga mampu memberdayakan para remaja, khususnya dalam aspek kesehatan, agar tumbuh dan berkembang menjadi sosok bertanggungjawab. Akses mudah, cepat, dan tepat mengenai informasi kesehatan medis umum, reproduksi, seksualitas, dan psikologis, maka dipastikan dapat mengurangi permasalahan remaja, serta memberikan sumbangsih hingga tercapainya Millenium Development Goals tahun 2015 dr. I G.N. Pramesemara, S.Ked Koordinator KISARA Youth Clinic, PKBI Daerah Bali Jln. Gatot Subroto IV/6, Denpasar. Telp.0361-9105250 www.kisarayouthclinic.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar